Penangkaran Rusa
PENANGKARAN RUSA SEBUAH UPAYA PEMANFAATAN LESTARI
Pairah, S.Si, MP
Rusa timor (Russa timorensis) merupakan jenis satwa yang dilindungi, namun bisa dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan sosial dan ekonomi. Di kawasan TN. Ujung Kulon rusa timor hidup secara alami. Hasil inventarisasi tahun 2008 menunjukkan kisaran populasi untuk P. Peucang 134 ekor dan populasi rusa di P. Panaitan 404 ekor, suatu potensi yang memungkinkan untuk upaya penangkaran.
Rusa timor mempunyai ukuran tubuh yang kecil, tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, gigi seri relative besar dan bulu berwrna coklat kekuning-kuningan. Rusa jantan memiliki tanduk yang relative besar, ramping, panjang dan bercabang. Cabang yang pertama mengarah ke depan, cabang belakang kedua terletak pada satu garis dengan cabang belakang pertama, cabang belakang kedua lebih panjang cabang depan kedua, cabang belakang kedua kiri dan kanan terlihat sejajar (Schroder, 1976). Rusa timor memiliki ukuran kepala dan panjang badan 130-210 cm, tinggi bahu 80-110 cm, panjang ekor 10-30 cm dan berat badan 50-115 kg. Masa reproduksi mulai umur 2-12 tahun, sedangkan umur maksimum bervariasi dari 12; 14; 20 tahun di P. Peucang, Jawa dan Kep. Karimunjawa.
Banyak manfaat yang diperoleh dari rusa yaitu antara lain :
- Daging rusa banyak diminati karena mempunyai serat yang halus, kandungan lemak dan kolesterolnya rendah.
- Daging rusa ini bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan diantaranya sate, sup, bakso, tongseng dan steak.
Ranggah rusa (velvet) dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Menurut para ilmuwan, komponen yang terdapat dalam ranggah rusa yaitu monoacetyldiglycerides dapat merangsang produksi sumsum tulang dan sel-sel darah merah. Dalam penelitian hewan, suplemen ranggah rusa membuktikan kemampuannya meningkatkan kekuatan otot jantung, menstabilkan ritme
Melalui upaya penangkaran diharapkan potensi rusa ini dapat dimanfaatkan secara lestari dan dapat menjadi sarana pembelajaran sistem penangkaran satwa liar dan wisata alam bagi masyarakat serta menjadi media untuk merintis kerjasama usaha penangkaran rusa bersama masyarakat setempat, Pemda Pandeglang dan pihak swasta. Selain itu penangkaran rusa Penangkaran rusa ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan konsevasi dan model percontohan dalam pengelolaan penangkaran rusa di sekitar kawasan Ujung Kulon.
Lokasi penangkaran rusa di Taman Nasional Ujug Kulon adalah di Cibayoni Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang. Kecamatan Sumur adalah wilayah yang langsung berbatasan dengan kawasan TN. Ujung Kulon dengan kondisi landskap yang sangat memungkinkan dibangun penangkaran rusa, karena topografi yang relatif datar dan merupakan wilayah pantai. Rusa di habitat alaminya menyukai tempat yang datar. Daerah Sumur juga berdekatan dengan Pulau Umang yang merupakan tempat wisata, sehingga diharapkan penangkaran rusa ini bisa dijadikan obyek wisata alam. Prospek lain jika hasil penangkaran rusa berkembang adalah potensi pasar untuk masakan daging rusa dan berbagai kerajinan dari bahan kulit rusa maupun ranggah rusa serta bahan velvet dan bagian-bagian tertentu sebagai bahan obat tradisional. Selain itu penangkaran rusa dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada tahap awal penangkaran rusa di Cibayoni ini menggunakan sistem kandang (yard). Induk rusa di penangkaran diambil dari Pulau Peucang sejumlah 6 (enam) ekor dengan komposisi 2 ekor jantan dan 4 ekor betina. Kandang dibangun dengan luas 480 m². Pagar dibuat mengelilingi areal penangkaran, dengan bahan yang terdiri dari tiang pagar besi siku, beton, kawat harmonika dan kawat duri. Tinggi tiang pagar 2,5 m dari permukaan tanah, ditanam 50-75 cm dengan pondasi beton dan ujung bagian atas dibengkokkan sepanjang 0,5 m dan diberi kawat duri sebanyak 3-4 baris. Jarak antar tiang pagar 2,0 m. Fasilitas yang sudah dibangun antara lain tempat minum dan tempat berteduh. Direncanakan akan dibangun penangkaran rusa dengan Sistem ranch yaitu sistem penangkaran dimana rusa dilepas dalam areal terbuka yang sekelilingnya dipagari sehingga sangat potensial untuk dijadikan lokasi wisata. Semoga harapan itu menjadi kenyataan...